Pada tahun 1862 dalam sebuah eksibisi intenasional di london inggris, seorang pria bernama Alexander Parkes memperkenalkan parkesine, semacam plastik yang terbuat dari selulosa, dia meng claim jika temuanya ini mirip karet yg elastis dan dapat di buat transparan serta bisa di terapkan dalam berbagai bentuk, namun sayangnya karyanya ini terkendala oleh bahan baku yg sangat mahal waktu itu.
Berselang 45 tahun setelah itu seorang ahli kimia dari New York, Leo Baekeland mengembangkan resin cair yang diberi nama Bakelite. Material baru ini tidak terbakar, tidak meleleh dan tidak mencair di dalam larutan asam cuka. Dengan demikian, sekali bahan ini terbentuk, tidak akan bisa berubah. Bakelite ini bisa ditambahkan ke berbagai material lainnya seperti kayu lunak, bakelite ini adalah bahan sintetis pertama yg berhasil di temukan umat manusia.
Sejak saat itu perkembangan plastik makin menggila, seperti Ralph Wiley contohnya, seorang yg bekerja di lab di perusahaan kimia Dow, secara tidak sengaja menemukan plastik jenis lain yaitu Polyvinylidene Chloride atau populer dengan sebutan Saran. Saran pertama kali digunakan untuk peralatan militer, namun belakangan diketahui bahwa bahan ini cocok digunakan sebagai pembungkus makanan.
Di tahun yg sama yaitu sekitar tahun 1933 dua orang ahli kimia organik bernama E.W. Fawcett dan R.O. Gibson yang bekerja di Imperial Chemical Industries Research Laboratory menemukan Polyethylene. Penemuan mereka berdua saat itu memberikan dampak yg sangat besar pada dunia karna bahan yg mereka temukan sangat ringan dan tipis hingga mudah untuk di gunakan, awalnya penemuan mereka di gunakan dalam keperluan militer pada perang dunia ke dua, tapi setelah perang berakhir bahan polyethylene digunakan untuk membuat botol minuman, jerigen, tas belanja atau tas kresek, dan kontainer untuk menyimpan makanan.
Karna sangat praktis, hampir semua produk makanan dan minuman menggunakan plastik sebagai pembungkusnya, awalnya plastik sangat membantu memudahkan hidup manusia, hingga suatu hari mereka sadar jika sampah plastik tidak seperti sampah organik yg mudah hancur dan terurai, sampah plastik perlu waktu puluhan hingga ratusan tahun untuk bisa terurai, berbagai masalah tercipta dari sampah plastik, mulai dari microplastik di lautan, hingga sampah plastik yg menggunung di bantar gebang contohnya, berhektar hektar sampah plastik menggunung dan terus bertambah, lalu pertanyaanya, akankah bumi kita tertutup oleh sampah plastik.
Pertanyaan ini mungkin terjawab dengan sebuah ketidaksengajaa n, pada 2018, sekelompok ilmuwan pernah menemukan enzim pendaur ulang botol plastik secara tidak sengaja, Salah satu ilmuwannya adalah direktur dari Centre for Enzyme Innovation di University of Portsmouth, Prof John McGeehan.
Berpijak pada penemuan ini, sekelompok ilmuan dari sebuah perusahaan bernama carbios yg bermarkas di prancis berhasil menemukan enzim bakteri yang mampu mendaurulang sampah botol plastik hanya dalam waktu beberapa jam saja.
Enzim daur ulang tersebut pada awalnya ditemukan pada kompos berbahan dasar daun. Penelitian ini telah dimuat dalam jurnal Nature.
“Bahan-bahan ini (kompos) dilupakan begitu saja, padahal merupakan yang terbaik,” tutur Prof Alain Marty dari Universite de Toulouse, Perancis, yang merupakan Kepala Ilmuwan di Carbios.
Mengutip The Guardian, Kamis (9/4/2020), enzim tersebut kemudian diperbarui oleh para ilmuwan agar bisa mendaur ulang plastik sehingga bisa menciptakan plastik baru.
Carbios menyebutkan bahwa pihaknya ingin mencapai daur ulang skala industrial dalam waktu lima tahun. Perihal daur ulang plastik ini, Carbios telah bekerja sama dengan beberapa perusahaan besar seperti Pepsi dan L’Oreal.
Hal yang dilakukan di Carbios adalah para ilmuwan menganalisis enzim tersebut dan melakukan mutasi. Mereka kemudian meningkatkan kemampuan enzim untuk mendaur ulang PET, bahan dasar botol plastik.
Para ilmuwan juga menjadikan enzim tersebut bersuhu stabil pada 72 derajat Celcius, mendekati suhu yang pas untuk daur ulang.
Dengan enzim mutasi baru ini, para ilmuwan berhasil mendaur ulang 90 persen botol plastik dalam waktu 10 jam saja. Kemudian, mereka menggunakan hasil daur ulang ini untuk membuat botol plastik yang food-grade.
Carbios bekerja sama dengan perusahaan bioteknologi Novozymes untuk memproduksi enzim ini dalam jumlah besar. Sebelum didaur ulang, plastik harus terlebih dahulu disimpan dan dipanaskan.
Dengan hasil dari penemuan ini, kita bisa sedik bernafas lega, paling tidak di masa depan nanti anak dan cucu kita tidak akan pernah tau dan melihat gunungan sampah plastik yang terus di tumpuk bahkan di jadikan tempat bermain dan menggembala ternak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar